Sabtu, 05 Juni 2010

Mengapa Menggapai Syahid Begitu Penting???

Dari Abu Hurairah ia berkata: bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Barangsiapa mati dan tidak pernah berperang (di jalan Allah) dan tidak pernah bercita-cita untuknya, maka ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan.” (HR Muslim)

Apa yang biasanya terjadi dengan seseorang ketika seseorang dimasukkan ke dalam kandang harimau, sementara harimau tersebut sedang tidur karena kekenyangan?, jawabannya bisa jadi seseorang tersebut akan pingsan atau mati ketakutan bahkan sebelum harimau tersebut terbangun sekalipun. Ketakutan yang demikian haram terjadi pada diri orang-orang yang beriman.



Orang yang benar-benar beriman tentunya siap menghadapi ujian seberat apapun tanpa dihinggapi ketakutan sedikitpun, karena mengetahui bahwa rasa takut hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT, tiada hak atas makhluk untuk ditakuti serta sadar bahwa kematian di jalan Allah adalah sesuatu yang telah sangat dirindukannya.

Sedemikian banyak ayat pada Al Qur’an yang menyebut ketakutan hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT. Diantara ayat tersebut adalah pada surat al-Baqarah ayat 40 yaitu :”… hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut” dan juga pada ayat 150 yaitu “Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”.

Berdasarkan ayat-ayat tersebut, diketahui bahwa ketakutan kepada selain-Nya merupakan pelanggaran berat terhadap ketentuan Allah swt bahkan termasuk pelanggaran akidah yang akibat negatifnya sudah dapat dirasakan sedemikian berat di dunia, seperti kegoncangan batin dan stess berat karena membayangkan sesuatu yang ditakutkan terjadi pada dirinya.

Sementara seseorang yang tidak takut kepada selain Allah SWT dan merindukan mati syahid, akan selalu terkondisikan siap menghadapi resiko apapun, apalagi resiko terberat yang dapat menimpa manusia di dunia tidak lebih dari kehilangan harta dan jiwa.

Dan bagi seorang mukmin kematian di jalan Allah adalah sesuatu yang begitu sangat dirindukan sebagaimana tersebut dalam surat at taubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”.

Memang, boleh jadi sedemikian sakit dirasakan pada saat tubuh tercabik-cabik cakar dan gigitan harimau, hingga darah pun bercucuran, serta jiwa pun meregang tetapi hati hendaknya tetap tiada merasakan rasa takut sedikitpun.

Kematian tetap dihadapi dengan jiwa lapang. Dengan ilustrasi demikian, akan tampak bahwa ketakutan manusia terhadap harimau bukanlah ketakutan yang sebenarnya.

Ketakutan pada harimau sesungguhnya merupakan ketakutan menghadapi rasa sakit akibat terkaman harimau, atau takut kehilangan anggota tubuh karena dimakan harimau, atau takut mati diterkam harimau, sehingga bagi orang beriman yang telah merindukan kematian di jalan Allah SWT tidak akan gentar menghadapi resiko apapun sebagaimana buah yang dijanjikan Allah swt terhadap orang-orang beriman yaitu “laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun”, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) meereka bersedih hati, wallahualam bissawab. (RE, Ak.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar